Konflik Israel-Iran ini juga menyoroti peran Amerika Serikat yang ambigu. Meskipun mendukung Israel secara militer, intervensi Trump untuk menghentikan perang menunjukkan adanya pertimbangan geopolitik yang lebih luas. AS tampaknya ingin mencegah dominasi Israel total di Timur Tengah, sekaligus menjaga akses ke sumber daya minyak Iran dan mencegah ketidakstabilan regional yang lebih besar. Keputusan Trump untuk mengizinkan ekspor minyak Iran ke China menunjukkan prioritas ekonomi AS yang mungkin lebih penting daripada dukungan penuh terhadap Israel.
Peristiwa ini juga menimbulkan pertanyaan tentang masa depan proses perdamaian Palestina-Israel. Dengan semakin kuatnya sentimen nasionalis di Israel dan melemahnya posisi Palestina, prospek penyelesaian dua negara tampak semakin suram. Aneksasi wilayah Tepi Barat oleh Israel menjadi ancaman nyata, dan negara-negara Arab kini menyadari perlunya strategi baru untuk menghadapi ambisi ekspansionis Israel.
Ke depan, dunia Arab mungkin akan mencari keseimbangan kekuatan baru di Timur Tengah, mungkin dengan memperkuat hubungan dengan Rusia dan China. Kerjasama regional antara negara-negara Arab dan Iran menjadi kemungkinan, dipicu oleh ancaman bersama berupa dominasi Israel. Perubahan keseimbangan kekuatan ini dapat mengubah lanskep geopolitik Timur Tengah secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang. (Fahri)